Oleh: Dione Aletta Charis
Nurul Ihsan (47 tahun) adalah salah satu anak bangsa yang meniti karier dari bawah. Pria dengan dua anak ini adalah seorang kreator buku anak, yang mencakup profesi sebagai konseptor, penulis, ilustrator, komikus, dan juga desainer buku anak. Bentuk karyanya boleh bervariasi, namun karyanya tetap terpayungi dalam satu tema, yakni “anak”. Semua karya Ihsan adalah seputar anak.
Mulai berkarier sejak tahun 1999 ketika berusia 23 tahun, Ihsan tetap istikamah dan produktif berkarya hingga sekarang di Creative Business Media (CBM) Studio, yang didirikan dan dikelolanya sendiri serta berkantor di dalam rumahnya sendiri. Rumahnya terletak di dataran tinggi yang ada di Desa Sindanglaya, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Karena berada di dataran tinggi, sebagian pemandangan Kota Bandung terlihat dari belakang rumahnya. Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GLBA) dan Masjid Raya Al-Jabbar pun terlihat.
Sejak kecil hingga sekarang, Ihsan hidup dalam kesederhanaan. Per hari ini, kesederhanaan itu tampak dari ruang kerjanya yang berbagi dengan kedua anaknya. Ruang kerja yang hanya berukuran 3 x 4 meter tanpa pendingin ruangan, tanpa staf, dan dengan satu komputer yang baru diganti setelah 11 tahun adalah saksi dihasilkannya ribuan karya yang terus bertambah setiap harinya hingga sekarang. Semua peralatan Ihsan adalah sangat minimal, karena kunci sukesnya terletak pada bagaimana memaksimalkan informasi dan jaringan internet, yang katanya bisa menggantikan puluhan atau bahhan ratusan karyawan. Namun Ihsan pun menekankan filosofi “the man behind the computer”. Menurutnya yang penting bukan komputernya, tapi siapa orang yang berkarya di balik komputer tersebut.
Mengenai produktivitasnya tak perlu diragukan. Ia telah menghasilkan 500 karya, antara lain berupa komik, karikatur, buku anak, buku Islam, buku umum, buku cerita, dan buku pengetahuan baik dalam bentuk cetak maupun digital. Di luar 500 karya tersebut, setiap harinya ia luangkan waktu 10 jam untuk mengkreasikan 10 konten baru untuk mengisi website www.ebookanak.com yang digagas dan dikembangkannya sejak 2016 hingga kini. Jika ditotal kira-kira bisa mencapai 10.000 karya berupa open source. Data Google Analytic per tanggal 16 Juli 2023 pukul 00:09:15 menunjukkan, website tersebut telah mencapai 4,2 juta tayangan dan 14 ribu pengguna dalam 28 hari terakhir.
Ihsan meraih beberapa penghargaan. Ia adalah pemenang ke-3 lomba karya tulis HUT ke-25 koran Pikiran Rakyat pada 15 Juni 1991, ketika ia masih berusia 15 tahun. Adapun penghargaan bergengsi yang ia capai adalah meraih Penghargaan Adikarya dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) tahun 2005 sebagai Juara 1 Kategori Cerita Buku Bacaan Anak.
Sungguhpun kariernya tak membuat ia kaya raya, namun Ihsan bersyukur telah menghajikan kedua orang tuanya dan kedua mertuanya. Ia pun telah membiayai kuliah kedua kakaknya, dan memiliki beberapa bidang tanah di kampung asalnya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Itu semua berkat penghasilan pasifnya berupa bisnis kontrakan sebanyak lima rumah, dua paviliun, dan delapan kamar kos, yang semuanya berlokasi di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Investasi properti itu diperolehnya dari lebih 100 royalti yang ia dapatkan setiap bulannya. Berkat penghasilan pasifnya ia membeli peralatan kerja hingga kendaraan roda empat dengan cara tunai. Memang selama hidupnya ia tidak pernah membeli sesuatu dengan metode kredit.
Mengembangkan Bakat
Sejak kecil, Ihsan gemar membaca dan menggambar. Saking sulitnya akses membaca buku di kampung, kertas koran bekas bungkus gorengan pun tak luput dibaca sampai habis. Di rumahnya hanya ada televisi hitam putih yang ia tonton untuk mendapatkan inspirasi animasi kartun.
Pernah selama sebulan ia diantar kakaknya berkeliling ke berbagai surat kabar, tabloid dan majalah di ibu kota Jakarta. Ihsan menemui sejumlah ilustrator, kartunis, dan jurnalis, untuk menyerap pengetahuan dan pengalaman dari para senior bagaimana teknik kerja mereka masing-masing.
Kewajibannya dalam bersekolah pun dijalani dengan sepenuh hati. Sejak kelas 1 SD sampai kelas 3 SMA, Ihsan selalu mendapatkan ranking 1 di kelas. Perjalanannya dari rumah ke sekolah berjalan kaki menyusuri kampung, pematang sawah, jalan-jalan sempit, baik di kala hujan maupun cerah tetap ditempuh karena semangatnya yang tinggi dalam menuntut ilmu.
Sejak kelas 3 SMP, Ihsan terbiasa belajar dan mengerjakan tugas-tugas hingga larut malam ditemani dengan radio kecil sampai acara radio tersebut berakhir di pukul 24.00 WIB. Di samping ketekunannya dalam belajar dan menuntut ilmu, Ihsan juga mengabdi pada keluarganya. Setiap hari, ia luangkan waktu tetap selama satu jam untuk menimba air sumur. Air yang ditimba Ihsan remaja itu cukup untuk keperluan keluarganya minum, masak, dan mandi.
Setelah lulus SMA di tahun 1995, Ihsan terpilih dari 500-an pelajar SMA yang berkesempatan berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jurusan Psikologi, melalui seleksi Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Diterima di universitas negeri ternama merupakan sebuah kebanggaan tersendiri dan menjadi sorotan di kampungnya. Namun, Ihsan merasakan pergumulan batin. Jurusan psikologi yang membutuhkan kemampuan berkomunikasi bertentangan dengan gagap bicara yang dimilikinya dan tidak sejalan dengan minat dan kegemarannya di bidang ilustrasi dan publikasi. Akhirnya, ia rela menolak UGM demi mengejar minatnya.
Dalam rangka mempersiapkan kariernya, Ihsan berkuliah dengan biaya sendiri pada jurusan publishing di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Selama berkuliah, Ihsan mempelajari cara menggunakan CorelDRAW, Photoshop, dan keterampilan-keterampilan lainnya sebagai bekal untuk menggeluti bidang penerbitan.
Pada tahun 1999 Ihsan diterima bekerja lepas (freelance) pada Penerbit DAR! Mizan di Bandung. Dua tahun kemudian mulai bekerja menjadi illustrator tetap di Asy Syamil, DAR! Mizan pun mulai mengendur, lalu diangkat menjadi koordinator, pekerjaan ilustrator mulai mengendur pula.
Pada tahun 2004 Ihsan mencoba membuka bisnis sendiri, dengan mendirikan Creative Business Media (CBM) yang melayani jasa ilustrasi, jasa naskah buku anak, jasa design, dan jasa komik. Penerbit DAR! Mizan, Erlangga for Kids, Grasindo, Penebar Swadaya, Rosdakarya, Gema Insani Press, Salamadani, Luxima Metro Media, dan masih banyak penerbit lainnya pernah menjadi kliennya. Bisnis semacam ini belum ada di Indonesia pada saat itu, sehingga berpeluang besar untuk sukses karena tidak ada pesaing. Sayangnya, orang-orang yang berada di tim CBM banyak yang memutuskan untuk mundur dan membuat bisnis yang serupa sehingga menjadi pesaing untuk Ihsan sendiri.
Tahun 2007 Ihsan mempunyai ide baru, yaitu menggunakan sistem royalty 10% yang menghasilkan 100-200 buku. Pada tahun 2007-2009 merupakan masa kejayaannya, banyak pesanan buku membanjiri usahanya. Namun, mulai tahun 2012, tren buku cetak menurun dan berganti ke digital, sehingga pendapatan dari royalty pun menurun.
Ihsan pantang menyerah dan tetap berusaha untuk berinovasi agar usahanya tetap berjalan meskipun zaman telah berubah. Mulai tahun 2016 ia membuat buku dalam bentuk digital (e-book) dan mempublikasikannya di situs www.ebookanak.id yang bersifat open source. Website tersebut memasuki peringkat ke 600.000 dari sekian miliar website buku anak yang ada di dunia. Di dalam website tersebut terdapat 500 konten, sampai saat ini sudah mencapai kurang lebih 23.000.000 pengunjung.
Mengingat sistem open source tidak menghasilkan apa-apa secara finansial, mulai tahun 2018 Ihsan menggunakan sistem donasi bagi pengunjung website-nya yang berkenan untuk memberikan. Ihsan juga mencoba membuka website lain, yaitu www.katabaca.com , tetapi karena konsepnya mirip dengan website sebelumnya, ia merasa tidak ada gunanya sehingga website tersebut tutup setelah 3 tahun dijalani.
Ihsan tidak kehabisan ide, ia tetap mencoba membuat website lain dengan konsep yang berbeda, yaitu website dengan sistem registrasi menjadi member untuk pengunjungnya. Website yang bersifat registrasi sekaligus menjadi tempatnya menggalakkan “Gerakan Indonesia Cerdas Literasi” ini bernama www.elibrary.id. Website www.elibrary.id. tidak hanya buku anak, tetapi juga ada buku-buku pendidikan lainnya, seperti buku paket sekolah, serta buku untuk guru dan orang tua yang bersumber dari karya Ihsan sendiri, creative commons, serta domain public.
Produktivitas Ihsan mampu bertahan sampai saat ini. Ia bekerja setiap hari tanpa hari libur secara fleksibel. Ihsan menggunakan 10 jam untuk menghasilkan 10 konten dalam sehari. Ihsan memegang kuat prinsip untuk terus berkarya membuat buku anak sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan finansial. Prinsip yang ia pegang menjadi motivasi yang mendorongnya agar konsisten dalam berkarya.
Amal Jariah
Meskipun tren setiap zaman selalu berubah, Ihsan tetap berusaha untuk menyesuaikan dengan membuat inovasi baru. Ketika tren buku cetak berganti ke bentuk digital, ia mulai beradaptasi dengan membuat e-book yang ia publish di situs www.ebookanak.com dan elibrary.id. Buku-buku anak buatan Ihsan banyak menolong masyarakat. Ada banyak sekolah-sekolah yang memesan buku-bukunya untuk digunakan di perpustakaan, serta ibu-ibu yang memiliki anak kecil juga merasa terbantu dengan kehadiran buku-bukunya.
Ihsan yang terlahir dari keluarga religius terinspirasi dari kakeknya, pendiri pesantren yang bermanfaat bagi banyak orang. Ihsan ingin melakukan hal yang sama sebagai amal jariah, tetapi di bidang yang ia geluti, yaitu menjadi kreator buku anak.
Ihsan sangat konsisten dan kuat mempertahankan posisinya sebagai kreator buku anak hingga saat ini karena menanamkan komitmen tinggi serta tujuan “berdakwah” melalui buku anak tak hanya di satu wilayah saja, tetapi mencakup wilayah yang luas, bahkan secara global.
Ihsan beramanat untuk generasi mendatang yang ingin menggeluti bidang kreator buku agar memanfaatkan dan memaksimalkan modal yang ada, tak perlu menggunakan peralatan yang mahal. Penting juga untuk menjadi pribadi yang pantang menyerah, ulet, rajin, tidak pernah merasa cukup dan terus belajar, banyak beradaptasi dengan perubahan zaman, tahan banting ketika menghadapi masalah, serta memiliki kemampuan mengatur finansial agar tetap bertahan.
Layaknya Patih Gadjah Mada yang pernah mengucapkan Sumpah Palapa, Ihsan pun memotivasi dirinya dengan bersumpah, “Urang moal kawin saencan ngahasilkeun saeutikna 100 karya” yang berarti “Saya tidak akan menikah sebelum menghasilkan minimal 100 karya”. Sumpah ini terwujud beberapa bulan sebelum ia menikah tanggal 21 Agustus 2005.
Talenta yang dimiliki Ihsan tidak dibiarkan begitu saja, tetapi terus ia kembangkan dengan terus belajar tanpa kata menyerah. Ihsan juga memegang prinsip untuk selalu konsisten berkarya tanpa memikirkan penghasilan, karena ia percaya bahwa apa yang dilakukannya di dunia akan berdampak untuk akhiratnya. Sampai saat ini, Ihsan masih konsisten berkarya pada website www.ebookanak.com dan www.elibrary.id sambil menjalani bisnis kontrakan sebagai penghasilan pasifnya.
Terkait bicaranya yang gagap super parah, Ihsan mengalaminya hingga menghasilkan karyanya yang pertama. Setelah karya demi karya dihasilkan, akhirnya secara alami, gagapnya pun hilang. Ihsan berseloroh, “Dulu untuk menghilangkan gagap bicara, saya membaca berbagai tips dari berbagai media, tetapi bukannya makin sembuh, malah makin parah dan grogi. Ternyata gagap ini perlahan menghilang seiring bertambahnya prestasi yang meningkatkan kepercayaan diri,” kenang Ihsan.